Author Archive for Iman Juarsa

29
Sep
15

Pesan Ibu

Tak ada kutipan indah dari film atau lagu dalam tulisan ini

Malam tadi aku berangkat tidur lebih lama dari orang – orang, aku memilih sunyi untuk menemaniku mendatangkanmu ke dalam ingatan.
Bersama secangkir kopi hitam masam, semasam airmata yang melucur tanpa aba – aba
Mengahadirkan hangat di kedua pipiku, dan asin di ujung bibirku.

Lalu cangkir kedua adalah pertanda
bahwa cangkir sebelumnya tak pernah cukup untuk mendatangkanmu,
Sebab mengingatmu selalu sama
tak pernah jadi sederhana dan selalu istimewa

Kemudian cangkir ketiga hadir, untuk menemani balasan pesan yang kukirimkan selepas isya kepada ibu.

Sebuah pesan singkat dari ibu datang, tepat beberapa saat sebelum adzan awal berkumandang.

Ibu : jika cinta begitu rumit, ubahlah ia menjadi perkara yang kau ikhlaskan
Aku : maksudnya, bu?
Ibu : ikhlaskan dia, perbaiki diri dan sempurnakan ibadahmu. Insya Allah solusi terbaik akan datang
Aku : aku sudah sering mencoba bu, saat kodisi seperti ini ibadahku menjadi baik namun saat semuanya normal aku kembali menjauh dari ibadah. Jika bukan karena ada tanggung jawab disini, ingin rasanya melingkari tanggal, menemui ibu dan menempelkan bibirku di ujung kaki ibu.
Ibu : kenapa harus menunggu waktu padahal kamu bisa bersujud kepada pemilikmu saat ini juga??
Mungkin ada dosa besar yang kamu lakukan sehingga hatimu tertutup noda hitam. Kenapa tak mencoba tobat?? Nasuha jika perlu sekalian. Insya Allah Tuhan mu akan mengganti yang hilang dengan yang lebih baik, yang akan memberi Ibu cucu.
Aku : Insya Allah akan aku lakukan Bu. Tapi untuk cucu mungkin Ibu bisa mengharapkan dari anakmu yang lain, bukan dariku. Kapal terakhir telah berlabuh ke dadanya.

Ibu : berbuat baiklah kepada semua orang, dan jadilah pribadi yang baik. Jika sudah, datangilah dia kembali. Jika dia tetap tak mau kembali doakanlah dia diam – diam. Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu.

Pembicaraan pun berhenti karena Adzan Shubuh telah memanggil kami

11
Sep
15

Pandora Box

Dalam mitologi Yunani dikisahkan Haphaestus menciptakan sebuah patung wanita atas perintah Zeus, patung itu kemudian diberikan kehidupan dan dianugrahi berbagai macam kelebihan mulai dari kecantikan, ilmu pengetahuan, kelembutan, kekayaan, dan berbagai macam kelebihan lainnya. Zeus pun memberinya nama Pandora ( seluruh anugrah ).

Zeus kemudian mengirim Pandora ke bumi dan memberinya sebuah kotak yang tertutup rapat. Zeus berpesan pada Pandora untuk tidak sekalipun membuka kotak tersebut untuk alasan apapun. Pandora pun berjanji dan menyanggupi.

Di bumi Pandora akhirnya berkenalan dan kemudian menikah dengan Epimetheus yang begitu terpesona dengan kecantikan Pandora.

Rasa ingin tahu Pandora yang besar membuatnya ingin sekali membuka kotak yang diberikan Zeus padanya. Epimetheus yang telah diceritakan Pandora pun ikut melarang Pandora agar jangan sekali – sekali membuka kotak tersebut. Namun tanpa sepengetahuan Epimetheus, rasa ingin tahu Pandora yang sudah membuncah akhirnya membuat dia membuka kotak tersebut.

Di dalam kotak tersebut ternyata Zeus telah mengumpulkan berbagai macam kesakitan, kebencian, penghianatan, kelemahan, serta segala macam penyakit dan hal buruk dan jahat yang belum pernah diketahui manusia. Dan menurut kisah, semenjak itulah bumi kemudian dipenuhi dengan segala penyakit tersebut.

Namun didalam kotak tersebut selain semua keburukan tersebut Zeus menyisipkan satu bagian kecil kebaikan. Bagian kecil yang katanya ditangan orang – orang yang mau berjuang bisa mengalahkan semua keburuhan dan segala penyakit tersebut.

Bagian kecil tersebut adalaha harapan.

Ya….Harapan

06
Sep
15

Mari Kita Komunikasikan

“What We’ve got here is failure to communicate”

Pernah denger kata – kata itu? Itu adalah kutipan dari film “Cool Hand Luke” yang sampai sekarang belum berhasil gue tonton sampai selesai.

Tapi gue bukan mau bahas soal film nya, gue mau bicara soal kutipannya. Dari kutipan tersebut gue percaya bahwa kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Artinya komunikasi adalah sesuatu yang tidak terhindarkan.

Tapi coba tebak ada berapa masalah di dunia ini yang terjadi karena masalah komunikasi? Yappp…lebih dari jutaan jumlahnya.

Apalagi kalo udah masuk taraf pasangan. Pacar, selingkuhan, cemceman, TTMan dan seterusnya – seterusnya. Dalam kondisi personal seperti ini komunikasi lewat pertukaran pesan baik itu berupa sms atau chat kadang bisa naik tingakatannya menjadi pertukaran makna. Dimana makna itu sendiri bergantung pada kesepakatan interpretasi ( pemahaman ) kedua belah pihak. Contohnya ketika kata ‘bego’ bisa berubah menjadi panggilan sayang, dan menjadi berasa ada yang something wrong ketika kata itu tidak keluar dalam percakapan.

Menurut gue interpretasi adalah masalah absurd yang kalo bisa tidak masuk wilayah komunikasi. Kabar buruknya, si interpretasi ini justru malah jadi pemeran utama ( cieee…kaya Raisa aja 😀 ).

Pernah berantem gara – gara pasangan lagi pengen curhat, kita ngasih jawaban yang serba logis dan tepat kaya Mario Teguh? Aneh kan, curhat berarti punya masalah dan masalah itu harus dipecahkan. Ternyata gak sesederhana itu. Kadang curhat bermakna ingin berbagi cerita saja. Pengen bermanja – manja saja dan mendapat pembelaan. Bukan direndahkan kedewasaanya dengan cara diberikan pencerahan yang dia juga sebenernya sudah tahu. Atau saat ada yang ingin dibujuk ( dibaikin ) sementara yang satunya gak merasa dapat ‘kode’ dari perintah pembujukan. Heyyy…bener gak?? Sorry kalo gue mikirnya telat :D.

Di tengah situasi yang rawan begitu ( lebay banget bilang rawan, kaya ada begal nya aja). SMS, bbm atau chat jangankan yang pendek bahkan yang panjang dan kalau dibikin novel gak cukup dibikin satu buku dan bisa jadi trilogi bahkan tetralogi semisal Supernova nya Dee Lestari atau 1Q84 nya Haruki Murakami ( ini baru lebay ) tetep gagal menyampaikan maksud yang ingin diungkapkan. Akhirnya gue lebih memilih untuk mengkomunikasikan segala sesuatunya lewat audio ( telepon ) atau bahkan audio visual ( ketemu langsung ) jika memungkinkan. Sejujur – jujurnya. Apa yang gue rasa, apa yang gue mau. Karena lewat media itu pertukaran bahasa akan menjadi satu tingkat, lebih jernih dan singkron dengan pertukaran maknanya. Dan gue juga lantas tidak menyisakan residu emosi di hati yang bisa bikin busuk.

Contoh lain, coba baca buku “Writing for emotional impact” nya Karl Iglesias. Disitu dijelasin bahwa dialog adalah pondasi penting dalam sebuah film. Disitu juga ada contoh – contoh dialog dari film – film ajaib semisal Annie Hall, His Girl Friday, atau Silent of The Lamb. Terasa sekali perbedaanya ketika hanya membaca dialognya dengan nonton langsung filmnya. Ekstrimnya boleh tonton filmnya “Jakarta Magrib” dan “Jakarta Hati” Salman Aristo, atau film Indie “Tape”, atau film Korea yang judulnya “Terror Live” yang walaupun isinya hampir semuanya ngomong doang tapi keren banget (IMO).

Satu lagi kenapa gue milih berkomunikasi lewat media tersebut karena gue percaya hati jauh lebih berarti dibandingkan cahaya apapun. Sayang sekali kalo dibikin busuk sama kecurigaan dan suudzon yang gak beralasan.

Dalam prosesnya masih sering gagal, sih. Entah itu karena penyampaian gue nya yang masih lemah, pasangan kita nya udah muak dan males sama semua ocehan kita karena kesalahan yang berulang – ulang. Tapi sekalinya ketemu dan klik, puas banget rasanya. Semua masalah bisa selesai, karena kita bisa omongin dengan jelas.

Jadi, masihkah kamu mau berkomunikasi denganku lewat audio? Cukup buka si hijau bernama “Line” dan tunggu panggilan dariku, toh tidak menghabiskan pulsa dan hanya memakan kuota yang tidak seberapa ( betapa beruntungnya kita hidup di zaman ini ).

Atau jika boleh meminta lebih, ingin rasanya berkomunikasi lewat audio visual. Mau? jika berkenan bolehlah kiranya melirik kalender di dinding dan melingkari tanggalnya untuk bersua.

Tapi yang terpenting marilah kita mengkomunikasikan segala sesuatunya.

NB : Tapi kalo bisa Selasa, Rabu, atau Kamis. Biasa…biar gak di komplain Bos M***shoot 😀

04
Sep
15

Jeda Adalah Energi

Ini adalah minggu pertama yang gue dan pasangan gue lalui setelah bersama – sama mutusin buat break dalam hubungan kita. Spasi dalam cerita perjalanan hidup gue yang entah nanti bakal dilanjutin dengan kalimat berikutnya atau justru menuju paragraf baru.
Ada lecet dan lebam dalam hati, karena kalau menyebut luka rasanya gue terlalu berlebihan. Mungkin ini adalah cara Tuhan kembali mengingatkan gue ( yang sudah tak terhitung jumlahnya ) untuk lebih mensyukuri pemberiannya yang dengan mudah datang menghampiri gue, posisi kerjaan yang lebih sesuai buat umur gue dan juga pasangan yang melebihi ekspektasi gue ( ini yang paling utama ).
Ada yang berubah dalam masa jeda ini, kerja semakin menuntut sementara asmara semakin mengerucut. Telepon yang biasa diisi dengan percakapan manis tentang cinta kini diganti isntruksi – instruksi soal strategi yang mesti diambil buat naikin pendapatan di tempat kerjaan gue yang memang secara kebetulan juga akhir – akhir ini ikut melorot.
Sempat terfikirkan untuk menyerah ( secara kebetulan juga gue ditawarin untuk balik di tempat kerja gue yang dulu ) dan bakal langsung gue lakuin jika kondisi ini terjadi pada gue beberapa tahun kebelakang.
Tapi gue yakinin diri gue bahwa gue sudah berkembang, masa iya gue masih mengambil sikap sama seperti gue beberapa tahun ke belakang. Stagnasi sama saja degradasi, stagnasi sama saja membuat manusia itu sederajat dengan hewan, stagnasi sama saja mati.
Gue percaya jeda adalah energi, memberi gue ruang dan waktu buat mengisi ulang daya detak gue lagi buat mau terus maju meski jatuh terjerembab sedalam apapun juga ke dalam jurang. Mengerti tetang tangis tawa yang memang akan selalu datang silih berganti.
Coz i already found someone, yang harus gue perjuangin dan pertahanin. Seseorang yang dengan sukarela telah bersedia menukar hidupnya yang bahagia buat berkeringat bareng – bareng gue. Ketika berdosa dan taat adalah sebuah perjalanan. Dan katanya, dia mau nemenin gue. For the rest of her life. Insya Allah. Alhamdulillah
After the break dear, for the second change, we will stand up again. Karena jeda ini memberi gue energi.

26
Agu
15

Mardy Bum

Oh there’s a very pleasant side to you
A side I much prefer,

It’s one that laughs and jokes around
Remember cuddles in the kitchen
Yeah, to get things off the ground
And it was up, up and away
Oh, but it’s right hard to remember
That on a day like today when you’re all argumentative
And you’ve got the face on

Sebelum gue bahas soal lirik lagu Arctic Monkey diatas ( note : sumpah gue dengerin lagu ini bukan karena pengen ikut – ikutan anak muda sekarang ), gue harus ucapin selamat buat diri gue sendiri karena akhirnya gue nulis lagi, ya mungkin curhatan gak jelas tapi setidaknya gue nulis lagi.

Entah udah berapa tahun dari terakhir gue nulis, yang pasti sekarang udah mau masuk tahun kedua gue tinggal di Jakarta. Ada satu dua kehilangan yang masih terasa kelu sampai sekarang. Ada banyak pencapaian namun tidak sedikit juga kegagalan.

Salah satunya sahabat diskusi gue, partner kompak soal bacaan kebetulan kita sama – sama impulsif buyer kalo soal buku plus J.B Kristanto nya gue kalo ngebahas film akhirnya memutuskan menikah (selamat chie).

Setelah gue mutusin buat nutup semua komunikasi gue bareng dia, dan ketemu beberapa wanita dengan karakter yang berbeda – beda. Gue akhirnya punya pandangan baru terhadap wanita, gue mulai melunak soal pilihan. Jujur sebelumnya gue adalah orang dikenal postulat kalo nikah itu masuk kotak, gak yakin kalo gue bisa berkompromi buat merelakan kehidupan yang gue anggap adalah jati diri gue sendiri.

“Life is a funny way” begitulah kalo boleh mengambil sepenggal lirik dari lagu Ironic milik penyanyi yang lahir tanggal 1 Juni Alanis Morisette. Yap..!! Tuhan memang sang komedia agung, disaat transisi pemikiran gue, tiba – tiba gue dapetin seorang gadis yang menurut gue pas ( “Cantik”menurut orang – orang yang gue kenal ).

Gue mulai membuka hal – hal baru bareng dia ( dia pasti tahu apa saja hal – hal yang buat pertama kalinya gue lakuin ). Bareng dia gue berani mencoba, berani terbuka dan yang ajaib akhirnya gue berani bilang kalo dia adalah pilihan yang bakal gue jadiin pendamping.

Manis dan romantis seperti lirik lagu Mardy Bum diatas.

Dalam perjalanan gue sadar, dia adalah kupu – kupu yang kadang – kadang rentan sementara gue adalah batu yang keras. Kita berdua sadar dan akhirnya saling berusaha menyeimbangkan. Sementara dia berhasil menyeimbangkan dirinya untuk menjadi lebih kuat, gue yang secara gender dan usia harusnya lebih bisa berkembang malah gagal dihantam ego. EGOIS begitu dia biasa menyebutnya.

Yeah I’m sorry I was late
Well I missed the train
And then the traffic was a state
And I can’t be arsed to carry on in this debate
Then reoccurs, oh when you say I don’t care
Well of course I do, yeah I clearly do!

Balik ke lirik lagu Mardy Bum diatas, seperti kisah gue akhirnya gue sampai di moment tersebut. Gue coba menuliskan makna dari liriknya. Ketika diantara kita tidak menemukan cara untuk romantis lagi. Ketika kita marah dengan hal – hal kecil yang sebenarnya bisa untuk dimaafkan, Ketika hanya ada perdebatan yang tidak selesai, ketika perbincangan ringan kemudian menjadi sebuah pertengkaran yang tidak akan pernah ada habisnya, dan masing – masing sudah merasa muak.

Gue pernah pakai sebuah kutipan dari seorang filsuf termashur dari Prancis Sartre “Orang lain adalah neraka” waktu gue nulis yang gue lupa lagi kapan dan untuk apa. Tapi rasanya kutipan tersebut pas sekali buat gue sekarang. Bukan…bukan untuk gue bilang kalau dia adalah neraka buat gue. Justru kutipan itu jadi bahan perenungan buat gue.

Semua sikap dan tingkah laku gue yang sudah masuk taraf “Brengsek dan “Bangsat”. Di dalam atau di luar kesadaran gue, gue justru malah jadi orang lain / neraka buat dia. Gue menunjuk kotoran kecil di muka dia, tanpa gue berkaca ke diri sendiri bahwa di muka gue sendiri penuh dengan kotoran.

Di samping itu semua, gue selalu merasa jadi orang yang paling benar. Alih – alih janji gue yang mengajak dia tumbuh bersama secara nature dan nurture, gue malah memaksakan kehendak memproses pendewasaan dia secara karbitan. Seperti layaknya sebuah buah rasanya tidak akan senikmat ketika dia matang dengan sendirinya.

People call these things imperfection, but they’re not, that’s the good stuff.
And then we get to choose who we let into our weird little worlds
You’re not perfect sport. And let me save you in suspense.
This girl you meet, she isn’t perfect either.
But the question is :
Whether or not you’re perfect for each other. That’s the whole deal. That’s what it’s about.

Dialog Robin William ke Mat Deamon di film favorit gue God Will Hunting terasa nampar gue. Padahal gue udah tonton film ini berkali – kali. Demi semua buku dan film inspirational yang udah gue lahap, gue sadar gue cuma sekedar menikmati tanpa mempelajari apapun.

Harusnya gue menerima semua kekurangan dia, karena jujur sekarang sikap lucu, kadang polos dan moody nya dia yang dulu sering gue keluhin justru adalah hal yang paling gue kangenin dari dia.

“Real loss is only possible when you love something more than you love your self”
Masih kutipan dari film yang sama, dengan segala kerendahan hati gue jujur harus gue bilang gue bener – bener kehilangan dia.

Kalo boleh ber andai – andai ingin rasanya gue kembali di moment semuanya baru dimulai, di tanggal 16 Maret. Atau setidaknya gue dikasih lagi kesempatan buat perbaikin ini semuanya, kesempatan yang memang gak layak gue dapetin karena sudah berkali – kali gue diberi kesempatan.

Sebagai penutup harapan gue, biar lirik Mardy Bum menutup nya.

Can’t we laugh and joke around?
Remember cuddles in the kitchen,
Yeah, to get things off the ground

NB : P.S I Love U

31
Okt
12

Tunas Muda

Kaulah tunas muda…

Kusirami kau dengan tetes-tetes air pengetahuan yang kumiliki tapi alam semesta menyiramimu dengan hujan

Kaulah tunas muda…

Kupupuki engkau dengan cinta dan kasih sayang agar kau tumbuh subur tapi alam semesta memberikan matahari dan udara

Kaulah tunas muda…

Kujaga kau dengan kesetiaan saat kuterjaga dalam siang dan berhenti saat ku terlelap dalam malam, tapi alam semesta tak pernah berhenti menjagamu saat siang maupun malam

Kaulah tunas muda…

tumbuh dewasa menjadi pohon yang tinggi bertahtakan daun yang rimbun memberikan keteduhan bagiku, tapi tidak hanya untukku kaupun memberikan keteduhan bagi siapapun yang mendatangimu

Kaulah tunas muda…

tumbuh dewasa menjadi pohon yang indah hingga bisa kunikmati tiap bagian dari tubuhmu, tapi bukan hanya untukku sebab semua orang juga bisa menikmati tiap bagian dari tubuhmu

Kaulah tunas muda…

Tumbuh dewasa menjadi pohon yang merdeka sebab kau bukan hanya milikku tapi milik alam semesta

 

Kaulah tunas muda…

Tumbuh dewasa menjadi pohon yang bebas sebab kesempurnaanmu bukan hanya untukku tapi untuk semua makhluk di alam semesta ini.

31
Okt
12

17:41 – 30 Mei 2010

Untuk sesaat mari kita tingkatkan standar berfikir kita

Jika sudah mari kita bicarakan cinta dari sudut pandang yang berbeda

 

Akan kau pahami bahwa cinta tidak hanya sekedar memiliki dan dimiliki tapi membebaskan dan terbebaskan

bukan pula sekedar mencintai dan dicintai tapi juga ikhlas dan mengikhlaskan

 

Cinta bukan hanya menyatukan dua buah bibir, saling berpagutan bertukar nafas

bukan pula menyatukan dua buah tubuh untuk bersetubuh hingga puncak ejakulasi

 

Tapi cinta adalah menyatukan dua buah pemahaman hingga mencapai sebuah kesepahaman, menyatukan dua buah pemikiran hingga menghasilkan sebuah ide, dan menyatukan dua buah perbedaan hingga memperoleh sebuah solusi

 

Karena lewat cinta kita tidak hanya menjadi khalifah di kehidupan ini, yang terus berjuang menaklukkan kehidupan ini hingga kita lelah

tapi juga akan menjadi bocah kecil yang menganggap kehidupan ini sebagai taman bermain, menikmati tiap bagiannya dengan tawa bahagia

 

Dan lewat cinta kita tidak akan mempermasalahkan perbedaan atau bahkan menghargai perbedaan karena lewat cinta kita akan menganggap perbedaan sebagai sebuah bagian dari sesuatu yang lebih besar dan abadi yang disebut kesatuan

Hingga kita tidak akan lagi melihat tangis dan perang karena perbedaan tapi yang kita lihat adalah kebahagiaan dan saling menghargai

Itulah esensi yang paling mendasar dari cinta…

26
Sep
12

Asha

Kaulah malaikat pertama yang mengetuk pintu kesendirianku yang tak bertepi
Kaulah matahari timur yang selalu tersenyum menawarkan kehangatan pada setiap pagi di kehidupanku
Kaulah rasa asin yang memberikan rasa di lautan tawar kehidupanku

Bagai rombongan pasukan berkuda romawi menghentak dan membuat jantungku berdegup kencang
Bagai alunan merdu musik Mozart menggetarkan dawai-dawai kasih sayang dihatiku
Bagai muara sungai gangga mensucikan ragaku yang penuh dengan kehinaan

Kau hadir dalam wujud yang sederhana
memujaku dengan cara yang istimewa
menggelitik akal fikiranku lewat ketidaktahuanmu

Imaginasiku mengatakan bukan tapi sendi-sendi di tulangku berbisik iya
Pupil di dalam mataku mengatakan tidak tapi aliran darah dalam nadiku berseru butuh
Isi didalam kepalaku mengatakan jangan tapi bagian kecil di dadaku mengumandangkan harus

Dan kini aku berdiri disini
Di atas altar suci ini
Dihadapan patung bersalib juru selamat yang abadi
Mengikuti tiap bait kata dari pendeta berjubah rapi
Mengucap janji sehidup semati
Memilihmu untuk dicintai
Mengajarimu hingga mengerti

10
Sep
12

Tanya [?]

Ketika tangis bayi tak lagi memberikan kebahagiaan tapi justru memberikan kesedihan
Ketika suara tawa tak lagi terdengar di kota-kota tapi justru terdengar di rumah sakit jiwa
Ketika bangku-bangku sekolah tak lagi memberikan pendidikan tapi justru memberikan pembodohan
Ketika doa tak lagi memberikan harapan tapi justru menjadi sebuah kesia-siaan
Ketika kitab suci tak lagi menjadi tuntunan tapi justru menyebarkan ketakutan

Ketika jernihnya air tak mampu membuat anda berkaca haruskah kami berikan cermin untuk anda berkaca[?]
Ketika bisikan kami tak lagi anda dengarkan haruskah kami berikan teriakan dari jutaan manusia yang turun ke jalan[?]
Ketika rentetan kegagalan tak membuat anda malu haruskah kami telanjangi anda supaya anda malu[?]
Ketika semua yang anda lakukan tak memberikan solusi haruskah kami berikan revolusi[?]

09
Sep
12

Last Letter to Asha

Untukmu Yang Terkasih,

Tuhan sudah mengenalkan padaku arti kata perbedaan sejak aku dilahirkan kedunia ini, karena aku dilahirkan dari manusia yang berjenis kelamin berbeda denganku yang disebut“ Ibu”.

Aku di didik dan dibesarkan dengan ajaran sebuah agama yang begitu menghargai perbedaan, karena utusannya tak pernah membenci dan selalu menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya, aku menyebut utusan itu “Rasul”.

Aku begitu mengagumi negaraku bukan dari kesejahteraan ekonomi atau kemajuan tekhnologinya tapi dari perbedaan dan keberagaman suku, bahasa, budaya dan agama yang menjadi kesatuan sebuah Negara, aku menyebutnya “Bhineka Tunggal Ika”.

Aku dan dirimu adalah dua manusia yang dilahirkan di negeri yang sama, berbicara dalam bahasa yang sama dan memiliki warna kulit yang sama, yang membedakan kita hanyalah sesuatu yang disebut “Agama”.

Itu semua sudah cukup membuatku semakin mengerti tentang arti kata “Perbedaan”.

Lewat dirimu Aku menjadi tahu bahwa semua agama di dunia ini walaupun berbeda tetap mempunyaI tujuan yang sama yaitu mengajarkan sesuatu yang disebut “Kebajikan”.

Tutur kata, perilaku dan cara berfikirmu semakin membuat kumengerti, menghargai, dan mengagumi makna dari kata yang disebut “Perbedaan”.

Semakin lama semuanya semakin berubah….

Aku kehilangan saudara, sahabat dan kedamaian di negeriku ini oleh sesuatu yang disebut “Perbedaan”.

Tangis dan caci maki antara mereka yang berbeda mengahantarkan kepergian roh-roh yang terpisah dari jasadnya
korban dari sesuatu yang disebut “Perbedaan”.

Lemparan batu, tembakan peluru, dan ledakan bom bunuh diri seolah menjadi definisi paling tepat dari sebuah kata yang disebut “Perbedaan”.

Namun yang paling menyedihkan….

Saat aku kehilangan dirimu, lagi-lagi oleh sebuah kata yang disebut “Perbedaan”.

Hanya karena aku bernama Akbar dan kau bernama Asha…

Hanya karena aku seorang Muslim dan kau seorang Hindu….

Hanya oleh sesuatu yang disebut “Perbedaan”….

Sayangku….
Di saat-saat terakhir kehidupanmu aku ingin tetes air mataku, belaian lembut tanganku di rambutmu dan kecupan hangat di keningmu mengiringi hembusan nafas terakhir yang keluar dari paru-parumu, dan akan kubisikan ditelingamu sebuah puisi sederhana dariku.

Jika hanya binatang yang menghargai perbedaan, aku rela menjadi binatang.

Jika menghargai perbedaan adalah sebuah dosa, aku rela menjadi seorang pendosa.

Aku rela menjadi binatang pendosa hanya untuk dapat mencintaimu.

Selamat jalan sayangku, kaulah anugerah terindah yang Tuhan berikan lewat sesuatu yang disebut “PERBEDAAN”.

Dari orang yang berbeda denganmu dan mencintaimu dengan cara yang berbeda…




The Dreamer


Blog ini berisi tulisan-tulsan sederhana dari saya
semoga bisa dinikmati dan memberikan pencerahan

Social Media